MORFOLOGI TUMBUHAN
“BIJI DAN PERKECAMBAHAN”
Sebagai salah
satu syarat untuk mengikuti mata kuliah morfologi tumbuhan yang diampu oleh
dosen Dr. Muhfahroyin, M.TA dan Mahfut, S.Si, M.Sc
Disusun Oleh :
1.
Cahyaning
ratri sari primadani :11320037
2.
Lilin
jefriliana :11320009
3.
Nita
yuliani :11320022
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH METRO
2012
KATA
PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam kami
ucapkan kehadirat Allah SWT,karena berkat kemurahanya makalah ini dapat kami
selesaikan dengan yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami membahas tentang “biji
dan perkecambahan”.
Selama menyelesaikan makalah ini
kami tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta dorongan banyak pihak,oleh karena
itu kami mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak
Dr.Muhfahroyin,M.TA dan Mahfut,S.Si,M.Sc
Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah morfologi tumbuhan
2.
Kedua
Orang Tua kami yang telah memberikan doromgan dan motivasi
3.
Teman-teman
yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini dapat digunakan untuk
membantu mahasiswa dalam memahami salah satu materi kuliah dari mata kuliah
ini.Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu kami mohon maaf
apabila ada kesalahan dalam menyusun makalah ini dan tidak lupa kami
mengaharapakan kritik dan saran dari teman-teman mahasiswa dan para pembaca.
Metro, Juni
2012
penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... ...... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang.............................................................................................. 1
B.
Tujuan
......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 2
A.
Biji................................................................................................................ 2
1.
Pengertian
Biji......................................................................................... 2
2. Struktur Biji............................................................................................ 2
3.
Bagian-bagian
tambahan pada kulit luar biji........................................... 3
B. Perkecambahan Benih/Biji............................................................................ 5
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan................................ 6
2. Penghambat perkecambahan................................................................... 8
3. KriteriaKecambah Normal dan Abnormal............................................... 9
4. Macam-macam Perkecambahan ............................................................. 9
BAB III PENUTUP................................................................................................. 11
Kesimpulan............................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Biji adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Biji dapat
terlindung oleh organ lain (buah, pada Angiospermae
atau Magnoliophyta) atau tidak
(pada Gymnospermae). Dari sudut
pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi
sehingga dapat bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.
Dengan demikian biji telah memperlihatkan diri sebagai perkembangan penting
dalam reproduksi dan pemencaran Spermatophyta (tumbuhan berbunga atau tumbuhan
berbiji; Gr. sperma biji, phyton tumbuhan); dibandingkan dengan tanaman yang
lebih primitif seperti lumut, lumut hati dan pakis, yang tidak memiliki biji
dan menggunakan cara lain untuk menyebarkan diri. Ini tampak pada kenyataan
bahwa tumbuhan berbiji mendominasi relung-relung biologi sejak dari padang
rumput hingga ke hutan, baik di wilayah tropis maupun daerah beriklim dingin.
Kata
"biji" adalah pinjaman dari bahasa Sanskerta. Kata "biji"
acap dipertukarkan penggunaannya dengan "benih" dan "bibit".
Dalam istilah teknis pertanian dan kehutanan, "benih" adalah biji
yang dipersiapkan khusus untuk menghasilkan tanaman baru. Sedangkan
"bibit" (atau juga disebut "semai") adalah tanaman muda
siap tanam hasil perkembangan benih, atau hasil perbanyakan tanaman dengan cara
yang lain (misalnya cangkok, stek, okulasi dan lain-lain).
B. Tujuan
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari biji
2.
Untuk
mengetahui bagian – bagian dari biji
3.
Untuk
mengetahui perkecambahan pada biji
4.
Untuk
mengetahui macam – macam perkecambahan
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Biji
1. Pengertian
Biji
Biji (bahasa Latin:semen) adalah
bakal biji (ovulum) dari tumbuhan berbunga yang telah masak. Biji dapat
terlindung oleh organ lain (buah, pada Angiospermae atau Magnoliophyta) atau
tidak (pada Gymnospermae). Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan embrio
atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan lebih lama pada
kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.
Bagi tumbuhan biji
(spermathophyta) biji ini merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena
biji mengandung calon tumbuhan baru (lembaga). Dengan dihasilkan biji, tumbuhan
dapat mempertahankan jenisnya, dan dapat pula terpencar ke6tempat lain. Semula
biji itu duduk pada suatu tangkai pada papan biji atau tembuni (placenta).
2.
Struktur Biji
Biji tersusun atas tiga
komponen utama, yakni:
·
Kulit
Biji
Kulit biji adalah bagian biji yang
berasal dari selaput bakal biji (integumnetum).
Pada tumbuhan biji tertutup
(Angiospermae), kulit biji tersusun atas dua lapisan, yakni :
a) lapisan kulit luar (testa)
merupakan lapisan yang tipis, kaku dan merupakan pelindung utama bagian dalam
biji. Bagian luar ini juga dapat memperlihatkan warna dan gambaran yang berbeda-beda
: merah, biru, perang, kehijau-hijauan ada yang licin rata ada pula yang
memiliki permukaan yang keriput.
b) Lapisan kulit dalam (tegmen)
biasanya tipis seperti selaput dan seringkali disebut sebagai kulit ari.
Pada Gymnospermae, kulit biji terdiri
atas tiga lapisan, yakni:
a) Kulit luar (sarcotesta), biasanya
tebal berdaging, pada waktu masih muda berwarna hijau kemudian berwarna kuning
dan akhirnya merah.
b) Kulit tengah (sclerotesta) merupakan
lapisan yang kuat dan keras dan berkayu, menyerupai kulit dalam (endocarpium)
pada buah batu.contohnya kelapa (cocos nucifera)
c) Kulit dalam (endotesta) biasanya
tipis seperti selaput dan melekat pada inti biji.
·
Tali Pusar (Funiculus)
Tali pusar merupakan bagian yang
menhubungkan biji dengan tembuni. Jika biji masak, biasanya biji terlepas dari
tali pusarnya.
·
Inti Biji (Nucleus seminis)
Inti biji adalah semua bagian biji
yang terletak di dalam kulitnya. Inti biji terdiri atas :
a) Lembaga (embryo) yang merupakan
calon individu baru yang nantinya akan tumbuh menjadi tumbuhan baru , setelah
biji memperoleh syarat-syarat yang diperlukan. Lembaga didalam biji telah
memperlihatkanketiga bagian utama tubuh tumbuhan, yaitu:
b) Akar lembaga atau calon akar
(radicula), yang biasanya akan tumbuh terus merupakan akar tunggang (untuk
tumbuhan yang tergolong dalam Dicotyledoneae.
Akar lembaga ini ujungnya menghadap kearah liang biji, dan pada perkecam,bahan
biji, akar itu akan tumbuh menembus kulit biji dan keluar melalui liang tadi.
c) Daun lembaga (cotyledo), yang
merupakan daun pertama suatu tumbuhan. Daun lembaga mempunyai fungsi :
·
Sebagai
tempat penimbunan makanan
·
Sebagai
alat untuk melakukan asimilasi (pengolahan zat organik )
·
Sebagai
alat penghisap makanan (skutelum)
d) Batang lembaga (cauliculus), yang
dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
·
Ruas
batang diatas daun lembaga (internodium epicotylum)
·
Ruas
batang dibawah daun lembaga (internodium hypocotylum)
e)
Putih
lembaga (albumen)
Adalah jaringan yang
berisi cadangan makanan untuk masa permulaan kehidupan tumbuhan. Namun cadangan
makanan tidak tersimpan dalam putih lembaga melainkan dalam daun lembaga, maka
dari itu daun lembaga menjadi tebal.
Menurut asalnya jaringan
yang menjadi tempat penimbunan zat makanan cadangan tadi, putih lembaga dapat
dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
a)
Putih
lembaga dalam (endospermium), jika jaringan penimbunan makanan itu terdiri atas
sel-sel yang berasal dari inti kandung lembaga skunder yang kemudian setelah
dibuahi oleh salah satu inti sprma lalu membelah-belah menjadi jaringan
penimbunan makanan ini. Melihat asalnya putih lembaga dalam ini, maka biji
dengan bagian ini hanya dalam ditemukan pada tumbuhan biji tertutup
(angiospermae).
b)
Putih
lembaga luar (perispermium), jika bagian ini berasal dari bagian biji diluar
kandung lembaga, entas dari nuselus entah dari selaput bakal biji.
3.
Bagian-bagian tambahan pada kulit
luar biji meliputi :
a) Sayap (ala), yakni alat tambahan pada
biji yang digunakan dalam pemencaran oleh angin. Contoh biji Moringa
oleifera
b) Bulu (coma), yakni penonjolan sel-sel
kulit biji yang berupa rambut-rambut. Bulu-bulu ini memiliki fungsi seperti
sayap yaitu memudahkan beterbangannya biji oleh tiupan angin. Contoh Gossypium
sp.
c) Salut biji (arillus). Contoh pada Durio
zibethinus
d) Salut biji semu (arillodium),
e) Pusar biji (hilus), ykni bagian kulit
luar biji yang merupakan berkas pelekatan dengan tali pusar. Contoh pada Vigna
sinensis
f) Liang biji (micropyle), yakni liang
kecil bekas masuknya serbuk sari. Contoh pada biji Ricinus communis
g) Berkas-berkas pembuluh angkut
(chalaza), yakni tempat pertemuan integument dengan nuselus. Contoh Vitis
vinifera
h)
Tulang-tulang biji (raphe), yakni terusan tali pusar pada biji. Contoh
pada biji Ricinus communis
Batang lembaga beserta
calon-calon daun merupakan bagian lembaga yang dinamakan pucuk lembaga (plumula).
Calon-calon daun itu ada yang sudah jelas, ada pula yang belum , sehingga yang
dinamakan plumula sering kali hanya berupa titik tumbuh batang lembaga
saja.Jika akar lembaga pada rumput mempunyai suatu selubung, maka pada biji
tumbuhan tersebut pucuk lembaganya pun mempunyai suatu selubung yang disebut
sarung pucuk lembaga (coleoptilum).Jumlah daun lembaga pada biji merupakan
salah satu ciri yang penting dalam mengadakan penggolongan tumbuhan biji :
1. Tumbuhan yang bijinya mempunyai
lembaga dengan satu daun lembaga. Lembaga yang hanya memiliki satu daun lembaga
disebut tumbuhan biji tunggal (monocotyledoneae),
karena biji tampak utuh/tunggal
2. Tumbuhan yang bijinya mempunyai
lembaga dengan dua daun lembaga. Biji ini jelas terlihat terdiri atas dua belahan
daun atau dua keping, tumbuhan ini dinamakan tumbuhan biji belah (dicotyledoneae).
3. Tumbuhan yang bijinya mempunyai
lembaga dengan lebih dari dua daun lembaga dapat sampai15.tumbuhan ini termasuk
dalam golongan tumbuhan biji telanjang (Gymnospermae).
B. Perkecambahan
Benih/Biji
Tumbuhan
yang masih kecil, belum lama muncul dari biji, dan masih hidup dari persediaan
makanan yang terdapat didalam biji, dinamakan kecambah (plantula). Kecambah
memperlihatkan bagian-bagian seperti telah diuraikan mengenai lembaga, karena
memang kecambah itu berasal daril lembaga. Hanya pada kecambah bagian-bagian
tadi sudah lebih jelas mempunyai ukuran yang lebih besar.
1.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan
a) Faktor dalam Antara lain :
·
Tingkat
kemasakan benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan
fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas yang tinggi karena belum
memiliki cadangan makanan yang cukup serta pembentukan embrio belum sempurna
(Sutopo, 2002). Pada umumnya sewaktu kadar air biji menurun dengan cepat
sekitar 20 persen, maka benih tersebut juga telah mencapai masak fisiologos
atau masak fungsional dan pada saat itu benih mencapat berat kering maksimum,
daya tumbuh maksimum (vigor) dan daya kecambah maksimum (viabilitas) atau
dengan kata lain benih mempunyai mutu tertinggi (Kamil, 1979).
·
Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung
cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis
yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai
sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih
berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih
menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat
dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
·
Dormansi
Benih dikatakan dormansi apabila benih tersebut
sebenarnya hidup tetapi tidak berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang
secara umum dianggap telah memenuhi persyaratan bagi suatu perkecambahan atau
juga dapat dikatakan dormansi benih menunjukkan suatu keadaan dimana
benih-benih sehat (viabel) namun gagal berkecambah ketika berada dalam kondisi
yang secara normal baik untuk berkecambah, seperti kelembaban yang cukup, suhu
dan cahaya yang sesuai (Lambers 1992, Schmidt 2002).
·
Penghambat
perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan
benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan
benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang
menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.
b) Faktor Luar
·
Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih
itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media
di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung
kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu
(Sutopo, 2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap
masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya
dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979). Benih
mempunyai kemampuan kecambah pada kisaran air tersedia. Pada kondisi media yang
terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang
timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri (Sutopo,
2002).
Saat
berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan
meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas.
Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan
benih (Sutopo, 2002). Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju Menurut Kamil
(1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan
fungsi air antara lain:
1)
Untuk
melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi
pengembangan embrio dan endosperm.
2)
Untuk
memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
3)
Untuk
mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai fungsinya.
4)
Sebagai alat
transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimana
akan terbentuk protoplasma baru.
·
Suhu
Suhu optimal adalah yang paling
menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan
tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo,
2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan
ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat
tumbuh gibberallin.
·
Oksigen
Respirasi dan dipengaruhi oleh suhu, mikro-organisme
yang terdapat dalam benih (Kuswanto. 1996). Menurut Kamil (1979) umumnya benih
akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen
CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi jika oksigen
yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 persen, karena biasanya oksigen
yang masuk ke embrio kurang dari 3 persen.
·
Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya
berfariasi tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh
cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya,
lamanya penyinaran (Kamil, 1979). Menurut Adriance and Brison dalam Sutopo
(2002) pengaruh cahaya terhadap perkecambahan benih dapat dibagi atas 4
golongan yaitu golongan yang memerlukan cahaya mutlak, golongan yang memerlukan
cahaya untuk mempercepat perkecambahan, golongan dimana cahaya dapat menghambat
perkecambahan, serta golongan dimana benih dapat berkecambah baik pada tempat
gelap maupun ada cahaya.
·
Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki
sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari
organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Pengujian
viabilitas benih dapat digunakan media antara lain substrat kertas, pasir dan
tanah.
2. Proses Perkecambahan Benih
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari
perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap-tahap yang
terjadi pada proses perkecambahan benih adalah:
· penyerapan
air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma
· terjadi kegiatan-kegiatan
sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih
· terjadi
penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi
bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titk tumbuh
· asimilasi
dari bahan-bahan tersebut di atas pada daerah meristematik untuk menghasilkanenergi
bagi pertumbuhan sel-sel baru
· pertumbuhan kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran
dan pembagian sel-sel pada titik tumbuh.
Sementara
daun belum dapat berfungsi sebagai organ untuk fotosintesa maka pertumbuhan kecambah sangat tergantung pada persediaan makanan yang
ada dalam biji.
3. Kriteria Kecambah Normal dan Abnormal
Daya kecambah
benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh
normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam lingkungan yang
optimum. Berikut ini adalah uraian kriteria kecambah normal dan abnormal.
a) Kecambah normal
·
Kecambah memiliki perkembangan sistem perakaran yang baik, terutama akar
primer danakar seminal paling sedikitdua.
·
Perkembangan hipokotil baik dan sempurnatan pada kerusakan pada jaringan.
·
Pertumbuhan plumula sempurna dengan daun hijau tumbuh baik.
Epikotiltumbuhsempurnadengankuncup normal.
·
Memiliki satu kotiledon untuk kecambah dari monokotil dan dua bagidikotil.
a) Kecambah
abnormal
·
Kecambah rusak tanpa kotiledon, embrio pecah, dan akar primer pendek.
·
Bentuk kecambah cacat, perkembangan bagian-bagian penting lemah dan kurang seimbang.
Plumula terputar, hipokotil, epikotil, kotiledon membengkok, akar pendek,
kecambah kerdil.
·
Kecambah tidak membentuk klorofil.
·
Kecambah lunak.
4.
Macam
– macam perkecambahan
·
perkecambahan
diatas tanah (epigaeis)
jika perkecambahan,karena
pembentangan luas batang dibawah daun lembaga, daun lembaganya lalu terangkat
keatas,muncul diatas tanah. Misalnya pada kacang hijau (phaseolus aureus), daun lembaganya lalu berubah warnanya menjadi
hijau,dapat digunakan sebagai asimilasi,tetapi umurnya tidak panjang. Daun
lembaga kemudian gugur,dan sementara itu pada kecambah sudah terbentuk
daun-daun normal.
·
Perkecambahan
dibawah tanah (hypogaeis)
Daun lembaga tetap tinggal
didalam kulit biji , dan tetap didalam tanah, seperti terdapat misalnya pada
biji kacang kapri ( pisum sativum)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Biji (bahasa Latin:semen) adalah bakal biji (ovulum)
dari tumbuha berbunga
yang telah masak. Biji dapat terlindung oleh organ lain (buah, pada Angiospermae atau Magnoliophyta)
atau tidak (pada Gymnospermae). Dari sudut
pandang evolusi, biji merupakan embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat
bertahan lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.
Bagi tumbuhan biji (spermathophyta) biji ini
merupakan alat perkembangbiakan yang utama, karena biji mengandung calon
tumbuhan baru (lembaga). Dengan dihasilkan biji, tumbuhan dapat mempertahankan
jenisnya, dan dapat pula terpencar ketempat lain. Semula biji itu duduk pada
suatu tangkai pada papan biji atau tembuni (placenta). Biji memiliki bagian –
bagian yaitu: kulit biji,tali pusar,dan inti biji atau isi biji. Serta pada
masa perkecambahan biji dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu perkecambahan
diatas tanah dan dibawah tanah.
DAFTAR
PUSTAKA
Tjitrosoepomo,gembong.2003.Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta:Universitas
Gadjah Mada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar