20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Seiring
dengan berkembangnya industri makanan dan minuman, di Indonesia terjadi
peningkatan produksi makanan dan minuman yang beredar di pasaran. Di dalam
kategori produk pangan, pemanis termasuk ke dalam golongan bahan tambahan kimia
selain bahan-bahan lainnya seperti antioksidan, pemutih, pengawet, pewarna dan
sebagainya (peraturan Menkes RI No.235). Pada dasarnya pemanis buatan merupakan
senyawa yang secara substansial memiliki tingkat kemanisan lebih tinggi, yaitu
berkisar antara 30 sampai dengan ribuan kali lebih manis dibandingkan sukrosa.
Karena tingkat kemanisannya yang tinggi, penggunaan pemanis buatan dalam produk
hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit hingga dapat dikatakan rendah kalori atau
tidak mengandung kalori.
Penggunaan
pemanis buatan yang semula hanya ditujukan pada produk-produk khusus bagi
penderita diabetes, saat ini penggunaannya semakin meluas pada berbagai produk
pangan secara umum. Bahkan, sebagian pemanis buatan tersedia untuk dapat
langsung digunakan atau ditambahkan pada makanan sebagai pengganti gula.
Pada
bulan November 2005 Badan Pengawas Obat dan Makanan menguji jajanan anak-anak
pada 195 Sekolah Dasar di 18 provinsi, diantaranya Jakarta, Surabaya, Semarang,
Bandar lampung, Denpasar, dan Padang sebanyak 861 contoh. Dari hasil analisis
sampel tersebut diperoleh jumlah sampel es sirup/es cendol dengan kadar
siklamat yang melebihi batas maksimal sebanyak 51 sampel dan kadar sakarin yang
melebihi batas maksimal sebanyak 15 buah. Jumlah sampel saus/sambal dengan
kadar siklamat yang melebihi batas maksimal sebanyak 10 buah dan dengan kadar
sakarin yang melebihi batas maksimum sebanyak 13 buah dan satu buah sampel mie
dengan kadar sakarin yang mmelebihi batas maksimal (Yuliarti dalam Simatupang,
2009).
Pemanis buatan dalam takaran yang berlebih dapat menimbulkan
efek samping yang merugikan kesehatan manusia.oleh sebab itu penggunaannya
dalam produk-produk makanan harus diwaspadai. Produk permen dan kembang gula
merupakan produk yang tidak dapat terlepas dari penggunaan bahan pemanis, baik
alami maupun buatan Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.1168/MenKes/Per/X/1999 batas maksimal
penggunaan sakarin pada permen karet adalah 50 mg/Kg.
Permen karet adalah salah satu makanan jajanan yg disukai
oleh orang dewasa dan khususnya anak-anak. Jenis-jenis permen karet dari
berbagai merk dapat kita temukan dengan lengkap di pasar-pasar swalayan dan
juga dikedai-kedai sekitar kita. Permen karet yang dijual dikedai juga kurang
diperhatikan keamanannya oleh pemerintah. Apakah permen karet tersebut
menggunakan bahan tambahan pangan yang aman dikonsumsi atau tidak.
1.2.Rumusan
Masalah
1. Menganalisa kadar pemanis
buatan(sakarin) pada permen karet yang beredar di kota medan.
2. Apakah kadar pemanis buatan
Sakarin yang terkandung dalam permen karet tersebut sudah memenuhi standar (
Sakarin = 50 mg/Kg) yang telah ditetapkan oleh Permenkes : 722/MEN/PER/IX/88
tentang tambahan pangan.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kadar pemanis buatan
sakarin pada permen karet yang beredar di kota medan.
2. Untuk mengetahui apakah kadar
pemanis buatan sakarin pada permen karet sudah memenuhi standar (50 mg/kg)
sesuai dengan ketetapan Permenkes RI No. 722/MEN.KES/PER/IX/88 tentang bahan
pangan tambahan.
1.4.Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi bagi masyarakat
dalam mengkonsumsi permen karet yang beredar di Kota Medan.
2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas
Kesehatan dan Badan POM tentang kadar pemanis buatan pada permen karet yang
beredar di Kota Medan.
3. Sebagai referensi bagi
pengembangan ilmu dan pendidikan lebih lanjut bagi yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Bahan
Tambahan Makanan
2.1.1.Pengertian
Bahan Tambahan Makanan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.722/Menkes/PER/IX/88,
bahan tambahan makanan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai
makanan dan biasanya bukan merupakan merupakan ingredient khas makanan,
mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke
dalam makanan untuk maksud teknologi (termasuk organoleptik), pada pembuatan,
pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan, atau
pengangkutan makanan, untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan (langsung
atau tidak langsung) suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan
tersebut.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan R.I
No.329/menkes/PER/XII/76, yang dimaksud dengan bahan tambahan pangan adalah
bahan yang ditambahkan atau dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk
meningkatkan mutu.
Sementara itu, bahan tambahan pangan juga dapat diartikan
sebagai suatu unsur atau campuran beberapa unsur selain bahan dasar makanan
sebagai hasil dari suatu aspek produksi, pengolahan, penyimpanan, atau
pembungkusan.
2.1.2.Fungsi
Bahan Tambahan Makanan
Beberapa Bahan Tambahan yang diizinkan digunakan dalam
makanan menurut Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 diantaranya sebagai
berikut:
1. Antioksidan (Antioxidant)
2. Antikempal (Anticaking Agent)
3. Pengatur Keasaman (Acidity Regulator)
4. Pemanis Buatan (Artificial Sweeterner)
5. Pemutih dan Pematang Telur (Flour Treatment Agent)
6. Pengemulsi, Pemantap, dan Pengental (Emulsifier,
Stabilizer, Thickener)
7. Pengawet (Preservative)
8. Pengeras (Firming Agent)
9. Pewarna (Colour)
10. Penyedap Rasa dan Aroma, Penguat Rasa (Flavour,
Flavour Enhancer)
11. Sekuestran (Sequestrant)
Secara garis besarnya penggunaan bahan tambahan makanan yang
dibenarkan/diperbolehkan untuk tujuan sebagai berikut :
- Mempertahankan nilai gizi makanan.
- Untuk konsumsi segolongan orang tertentu yang memerlukan diet.
- Untuk mempertahankan mutu atau kestabilan makanan atau untuk memperbaiki sifat-sifat organoleptiknya sehingga tidak menyimpang dari sifat alaminya.
- Untuk keperluan pembuatan, pengolahan, penyediaan, perlakuan, pewadahan, pengemasan, pemindahan atau pengangkutan (prasasto, 2008).
2.2.Zat Pemanis
2.2.1.Pengertian
Zat Pemanis
Zat pemanis sintetis merupakan zat yang dapat menimbulkan
rasa manis atau dapat membantu mempertajam penerimaan terhadap rasa manis
tersebut, sedangkan kalori yang dihasilkannya jauh lebih rendah daripada gula.
pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk
keperluan produk olahan pangan, industri, serta minuman dan makanan kesehatan
(teddysahbudin, 2011).
2.2.2.Jenis
Zat Pemanis
2.2.2.1.Pemanis
Alami
Pemanis alam biasanya berasal dari tanaman. Tanaman
penghasil pemanis yang utama adalah tebu (Saccharum officanarum L) dan
bit (Beta vulgaris L). bahan pemanis yang
dihasilkan dari kedua tanaman tersebut terkenal sebagai gula alam atau sukrosa.
Beberapa bahan pemanis alam yang sering digunakan adalah:
- Gula umumnya digunakan sebagai padanan kata untuk sakarosa. Secara kimiawi gula identik dengan karbohidrat.
Beberapa jenis gula dan berbagai produk terkait:
- Gula Granulasi (Gula Pasir): kristal-kristal gula berukuran kecil yang pada umumnya dijumpai dan digunakan di rumah (gula pasir).
- Gula batu: Gula batu tidak semanis gula granulasi biasa, gula batu diperoleh dari Kristal bening berukuran besar bewarna putih atau kuning kecoklatan. Kristal bening dan putih dibuat dari larutan gula jenuh yang mengalami kristalisasi secara lambut.
- Gula batu putih memiliki rekahan-rekahan kecil yang memantulkan cahay. Kristal berwarna kuning kecoklatan mengandung berbagai caramel. Gula ini kurang manis karena adanya air dalam Kristal.
Rumus kimia sukrosa: C12H22O11
merupakan suatu disakarida yang dibentuk dari monomer-monomernya yang berupa
unit glukosa dan fruktosa. Senyawa ini dikenal sebagai sumber nutrisi serta
dibentuk oleh tumbuhan, tidak oleh organisme lain seperti tumbuhan. Sukrosa
atau gula dapur diperoleh dari gula tebu atau gula bit (Cahyadi dalam Silalahi,
2010).
2.2.2.2.
Pemanis Buatan
Pemanis buatan (sintesis) merupakan bahan
tambahan yang dapat memberikan rasa manis dalam makanan, tetapi tidak memiliki
nilai gizi (Yuliarti dalam Silalahi, 2010). Sekalipun penggunaanya diizinkan,
pemanis buatan dan juga bahan kimia lain sesuai peraturan penggunaannya harus
dibatasi. Alasannya, meskipun pemanis buatan tersebut aman dikonsumsi dalam
kadar kecil, tetap saja dalam batas-batas tertentu akan menimbulkan bahaya bagi
kesehatan manusia maupun hewan yang mengkonsumsinya. Pembatasan tersebut kita
kenal dengan ADI (Acceptable Daily Intake) atau asupan harian yang dapat
diterima. ADI merupakan jumlah maksimal pemanis buatan dalam mg/kg berat badan
yang dapat dikonsumsi tiap hari selama hidup tanpa menimbulkan efek yang
merugikan kesehatan (Yuliarti dalam Silalahi, 2010).
. Table 2.1.Daftar pemanis buatan
yang diperbolehkan di Indonesia
No.
|
Nama
Pemanis Buatan
|
Penggunaan
dalam Pangan
|
Ukuram
maksimum yang diijinkan
|
1.
|
Sakarin
(dan garam natrium sakarin)
|
1.
Untuk saus, es lilin, minuman ringan dan minuman yogurt berkalori rendah
2.
es krim, es puter, dan sejenisnya serta jem dan jelly berkalori rendah
3.
permen berkalori rendah
4.
permen karet dan minuman ringan fermentasi berkalori rendah
|
300
mg/kg
200
mg/kg
100
mg/kg
50 mg/kg
|
2.
|
Siklamat
(dan garam natrium dan kalsium siklamat)
|
1.
untuk saus, es lilin, minuman ringan dan minuman yogurt bekalori rendah
2.
es krim, es puter, dan sejenisnya serta jem dan jeli berkalori rendah
3.
permen berkalori rendah
4.
permen karet dan minuman ringan fermentasi berkalori rendah
|
3
gr/kg
2
gr/kg
1
gr/kg
500
mg/kg
|
3.
|
Sorbitol
|
1.
untuk kismis
2.
jem, jeli, dan roti
3.
pangan lain
|
5
gr/kg
300
mg/kg
120
mg/kg
|
4.
|
Aspartam
|
Aneka
makanan/minuman
|
-
|
Sumber : Badan Ketahanan Pangan
(BKP)
Table 2.2.Pemanis Buatan yang
Direkomendasikan Departemen Kesehatan RI
No
|
Nama
|
Batas
Maksimum Penggunaan
|
1.
|
Sakarin
( 300-700 x manis gula )
|
100
mg/Kg (permen), 200 mg/Kg (es krim, jeli), 300 mg/Kg (saus, es lilin, minuman
ringan, yoghurt)
|
2.
|
Siklamat
( 30-80 x manis gula )
|
1 g/Kg
(permen), 2 g/Kg ( es krim, jeli), 3 mg/Kg (saus, es lilin, minuman ringan,
yoghurt)
|
2.3.Sakarin
Gambar
2.1. Struktur Sakarin ( anonym, 2011)
Sakarin pertama kali ditemukan oleh Ira Remsen dan
Constantin Fahlberg pada tahun 1879 (ulanira, 2009).
Sakarin dengan rumus C7H5NO3S
dan berat molekul 183,18 disintesis dari toluen biasanya tersedia sebagai garam
natrium. Nama lain dari sakarin adalah 2,3 dihidro-3-oksobenzisulfonasol,
benzosulfimida atau o-sulfobenzimida. Sedangkan nama dagangnya adalah glucide,
garantose, saccarinol, saccarinose, sakarol, saxin, sykose, hermesetas (Cahyadi
dalam Silalahi, 2010).
Sakarin merupakan salah satu zat pemanis buatan yang sering
digunakan oleh produsen makanan dan minuman pada produk industri mereka Sakarin
jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan perbandingan rasa manis kira-kira
400 kali lipat sukrosa. Namun sayangnya dalam konsentrasi sedang sampai tinggi
bersifat meninggalkan aftertaste pahit yang disebabkan oleh kemurnian
yang rendah dari proses sintesis. Untuk menghilangkan rasa ini sakarin dapat
dicampurkan dengan siklamat dalam perbandingan 1:10 untuk siklamat
(artikelbiboer, 2009). Sakarin tidak dapat dimetabolisme dalam tubuh manusia,
sehingga tidak dapat menghasilkan energi atau kalori.
Sifat fisik sakarin yang cukup dikenal adalah tidak stabil
pada pemanasan. Sakarin yang digunakan dalam industry makanan adalah sakarin
sebagai garam natrium. Hal ini disebabkan karena sakarin dalam bentuk aslinya
yaitu asam, bersifat tidak larut dalam air. Sakarin juga tidak mengalami proses
penguraian gula dan pati yang menghasilkan asam, sehingga sakarin tidak
menyebabkan erosi enamel gigi.
Sakarin merupakan pemanis alternatif untuk penderita
diabetes melitus, karena sakarin tidak diserap lewat system pencernaan.
Meskipun demikian, sakarin dapat mendorong sekresi insulin karena rasa
manisnya, sehingga gula darah akan turun.
2.3.1.Pembuatan
sakarin
Proses pembuatan sakarin yang paling terkenal saat ini
adalah metode yang sama yang digunakan Remsen dan Fahlberg pada tahun 1879.
Toluene dan asam klorosulfonic bereaksi pada suhu 0 – 50C membentuk
campuran o- dan p-toluenesulfonamide. Campuran tersebut dipisahkan, dan
o-toluenesulfonamide dioksidasi menjadi o-carboxybenzenesulfonamide ( asam
o-sulfamoylbenzoic ). Senyawa ini dibebaskan dari air menjadi sakarin.
P-toluenesulfonamide juga penting dalam pembuatan sakarin dan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan Chloramine-T (Ulanira, 2009).

Gambar 2.2.Reaksi pembuatan sakarin ( Widjajaaseputra, 2002)
2.3.2.Efek
SAkarin Terhadap Kesehatan
2.3.2.1.Efek
Akut
Toksisitas sakarin yang ringan pada tubuh dapat menyebaabkan
iritasi kulit (alergi) dan gangguan tenggorokan berupa batuk dan radang
tenggorokan.
2.3.2.2.Efek
Kronis
Toksisitas sakarin pada tingkat yang tinggi dapat
menyebabkan kehilangan nafsu makan, menyebabkan mual, muntah, dan kanker
kandung kemih pada hewan uji, sehingga digolongkan kedalam senyawa grup 3,
yaitu senyawa yang tidak dapat diklasifikasi sebagai karsinogen pada manusia.
2.4.Permen
Karet
Permen karet terbuat dari bahan alami atau sintetis getah
sebagai ramuan utamanya memiliki gizi dan rasa pokok, seperti gula dan zat
pengharum, dimana akan berangsur-angsur hilang oleh kunyahan (Belitz dan Grosch
dalam Silalahi, 2010).
Permen karet ini pertama kali ditemukan oleh seorang
berkebangsaan Amerika Serikat bernama Thomas Adams, pada tahun 1872. Kisahnya
bermula ketika di tahun 1870, si ahli foto bernama Thomas Adams ini mendapatkan
sepotong karet yang biasa dikunyah oleh orang-orang dari suku Indian Meksiko.
Dua tahun lamanya (1870-1872) ia mencoba melakukan penelitian apakah bahan yang
kenyal itu bisa digunakan seperti karet biasa. Ternyata bahan yang kenyal itu
tidak dapat digunakan seperti karet biasa.
Dasar permen karet tersebut adalah campuran getah dari pohon
karet yang tumbuh di hutan tropis atau perkebunan. Permen karet memaparkan
kedalam potongan bujur atau membentuk butir dimana bersalut gula atau manisan.
Aroma dan pembawa rasa terbuat dari sukrosa, gula, air gula atau pengganti pemanis
lainnya dan kotoran minyak seperti spearmint, peppermint, dll (Belitz dan
Grosch dalam Silalahi, 2010).
2.4.1.Manfaat
Mengunyah Permen Karet
Manfaat Mengunyah Permen Karet,
antara lain:
1. Dapat menyegarkan bau mulut.
2. Permen karet yang sifatnya
melekat erat, dapat membersihkan sisa-sisa makanan pada permukaan gigi. Sering
mengunyah permen karet dapat meningkatkan produksi air liur yang dapat
membersihkan rongga mulut dan gigi dengan lebih baik, sehingga mengurangi resiko
terbentuknya plak-plak gigi.
3. Mengunyah permen karet
menyebabkan rongga mulut berulang-ulang melakukan gerakan mengigit, hal ini
memperlancar aliran darah dibagian wajah dan juga melatih otot-otot untuk
mengunyah dan menggigit. hasil penelitian seorang ahli di Amerika, mengunyah
permen karet setiap hari selama 15 menit dapat bermanfaat bagi kesehatan
(Damayanti dalam Silalahi, 2009).
2.4.2.Kerugian Mengunyah Permen
Karet
Kerugian mengunyah permen karet
antara lain:
1. Permen karet mengandung gula, dan
gula dapat tertinggal di dalam rongga mulut dalam waktu lama, bakteri didalam
mulut akan merubah gula menjadi asam yang akan mengurai kalsium gigi (email
gigi) sehingga menyebabkan kerusakan pada gigi. para ahli mengajurkan agar
memilih permen karet xylitol sebagai pengganti gula, karena xylitol memiliki
rasa dan nilai gizi yang sama dengan gula, namun tidak dapat difermentasi
menjadi asam sehingga aman untuk gigi.
2. Riset di Swiss menunjukkan,
sering mengunyah permen karet dapat merusak bahan tambalan gigi. Oleh karena
itu orang yang menggunakan tambalan gigi dengan bahan air raksa sebaiknya
jangan mengunyah permen karet, karena dengan mengunyah permen karet dapat
mengurai senyawa air raksa tersebut, yang efeknya dapat meningkatkan jumlah
kandungan air raksa dalam darah dan air kemih yang dapat menyebabkan hal
negatif terhadap otak, susunan syaraf pusat dan ginjal.
3. Anak-anak yang mengunyah permen
karet dalam waktu lama kemungkinan besar akan mempunyai kebiasaan menggertakkan
gigi pada saat tidur karena otot-otot mulut dalam keadaan tegang, sehingga
dapat mempengaruhi kualitas tidur mereka. Para ahli menyarankan agar anak-anak
tidak mengunyah permen karet lebih dari 3-4 kali sehari dan tidak melampaui
10-15 menit.
4. Remaja yang sering mengunyah permen
karet dapat beresiko memiliki bentuk wajah segi empat, karena otot-otot rahang
mungkin terlalu terlatih sehingga sangat cepat pertumbuhannya (Damayanti dalam
Silalahi, 2010).
2.4.3.
Produksi Permen Karet
Jumlah
produksi permen karet yang beredar di pasaran kurang lebih sebanyak 4870 ton
per tahunnya,atau kira-kira 38% dari jumlah produksi permen. Dan yang di
konsumsi masyarakat sekitar 1100 ton (www.Surabaya Post online.com).
2.5.
Ekstraksi
Eksraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu
padatan atau cairan dengan bantuan pelarut.Pemisahan terjadi atas dasar
kemampuan larut yang berbeda dari komponen-komponen dalam campuran.Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia
yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa
komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada
lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut.
2.5.1.
Ekstraksi cair – cair
Pada ekstraksi ini, satu komponen bahan atau lebih dari
suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara
teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, anti biotika, bahan
– bahan penyedap, produk – produk minyak bumi dan garam – garam logam.Ekstraksi
cair – cair biasanya dilakukan Karena proses distilasi tidak bisa digunakan (
misalnya karena pembentukan azzeotrop atau karena kepekaan akibat panas ) atau
tidak ekonomis. Seperti halnya ekstraksi padat – cair, ekstraksi ini selalu
terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut, dan pemisahan kedua fasa cair itu sempurna.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu
ekstrak meninggalkan pelarut yang pertama ( media pembawa ) dan masuk ke dalam
pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan
ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut. Agar terjadi perpindahan massa yang
baik diusahakan agar bidang kontak seluas mungkin diantara kedua cairan
tersebut.Sehingga salah satu cairan di distribusikan menjadi tetes – tetes
kecil ( misal dengan bantuan pengadukan ).
2.5.2. Prinsip Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair (corong
pisah) merupakan pemisahan komponen kimia di antara 2 fase pelarut yang tidak
saling bercampur di mana sebagian komponen larut pada fase pertama dan sebagian
larut pada fase kedua, lalu kedua fase yang mengandung zat terdispersi dikocok,
lalu didiamkan sampai terjadi pemisahan sempurna dan terbentuk dua lapisan fase
cair, dan komponen kimia akan terpisah ke dalam kedua fase tersebut sesuai
dengan tingkat kepolarannya dengan perbandingan konsentrasi yang tetap (
Anonim, 2010 ).
BAB III
METODE ANALISIS
Metode analisis percobaan berdasarkan pada ekstraksi
cair-cair dan dilanjutkan dengan titrasi asam basa dimana akan terbentuk
pewarnaan biru.
3.1.Alat
:
- Pipet ukur 1 mL, 5 mL, dan 10 mL
- Cawan penguap
- Buret
- Corong pisah
- Kertas saring
- Penangas
- Gelas kimia
3.1.1.Prinsip
Kerja Alat
Corong
Pisah, yaitu berdasarkan perbedaan fase antara dua pelarut yang tidak saling bercampur.
3.2.Bahan
:
- Larutan NaOH 5%
- HCl 13%
- Ferri khlorida 1%
- Larutan campuran khloroform: etanol ( 9:1 )
- HCl 3N
- Larutan NaOH 0,1 N
- Indikator Brom Tymol Biru
- Sampel permen karet ( Bubble Gum, Long bar, Tidak bermerek, Happydent, dan Big Babol ).
3.2.1.
Fungsi Penambahan Reagen
- Ferri khlorida 1%, berfungsi sebagai indikator untuk
membentuk pewarnaan ungu.
- NaOH 5% berfungsi untuk melarutkan sakarin pada sampel.
- HCl 13%, berfungsi untuk
menetralkan larutan yang bersifat basa oleh penambahan NaOH.
- Kloroform, berfungsi untuk
mengikat zat-zat lain selain natrium sakarin pada saat ekstraksi.
- Etanol, berfungsi untuk melarutkan
sakarin pada proses ekstraksi.
- Brom thymol blue, berfungsi
sebagai indicator pada saat titrasi.
- NaOH 0,1N, berfungsi sebagai zat
pentiter.
3.3.Prosedur
3.3.1.Uji
Kualitatif
Untuk
mengetahui apakah objek penelitian mengandung sakarin atau tidak dapat
dilakukan melalui pemeriksaan kualitatif sebagai berikut :
- Timbang 15 gr sampel, larutkan dalam 5 mL NaOH 5%.
- Residu dipanaskan, angkat lalu di dinginkan.
- Setelah residu dingin, larutkan dalam 10 mL HCl 13%.
- Kemudian tambahkan setetes larutan FeCl3 1%
Apabila larutan berwarna ungu
menunjukkan adanya asam salisilat yaitu terbentuk dari sakarin.
3.3.2.
Uji Kuantitatif
Untuk
mengetahui bagaimana kadar sakarin yang terdapat dalam permen karet dapat
dilakukan melalui pemeriksaan kuantitatif dengan titrasi asam basa berikut :
Prinsip : Na-sakarin terlebih dahulu dilarutkan dengan air kemudian
dengan penambahan HCl. Kemudian sakarin dapat diekstraksi dengan chloroform :
etanol ( 9:1 ) kemudian hasil ekstraksi dititrasi dengan larutan NaOH dimana
dengan penambahan indicator Brom Thymol Blue titik akhir titrasi ditandai
dengan terbentuknya warna biru.
- Timbang 15 gr sampel yang sudah dihomogenkan, masukkan ke dalam corong pisah dengan bantuan 50 mL akuades. Tambahkan 5 mL HCl 3N. Ekstraksi endapan sakarin dengan larutan kloroform : etanol (9:1 ) kocok sampai 15 menit. Pisahkan ke dalam Erlenmeyer ( lapisan kloroform berada dibagian bawah ).
- Kedalam corong pisah tambahkan 15 mL kloroform : etanol, kocok lagi dan pisahkkan larutan kloroform, ulangi sekali lagi dengan menambahkan 10 mL kloroform : etanol.
- Hasil penyaringan kloroform : etanol masukkan lagi ke dalam corong pisah yang lain, tambahkan 50 mL akuades kemudian aduk. Pisahkan lapisan kloroform ke dalam Erlenmeyer lalu keringkan di atas pemanas air.
- Setelah kering tambahkan 50 mL akuades dan 5 tetes indicator Brom Thymol Blue.
- Titrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan warna dari kuning menjadi biru.
3.3.3.Perhitungan
K
adar sakarin (%) : VxNx18,32 x 100%

B
Ket
: V = volume pentiter (mL)
N
= Normalitas NaOH
B
= Berat Sampel
3.4.Analisis Hasil
3.4.1.Hasil
Analisa Kualitatif Sakarin pada Permen Karet
Analisa
sakarin pada permen karet yang beredar di kota Medan di lakukan pada 5 jenis
permen karet. Analisa kualitatif dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya
sakarin pada permen karet. Hasil analisa sakarin pada permen karet sacara
kualitatif dapat dilihat dari tabel berikut :Table 3.1.Hasil Pemeriksaan
Kualitatif Sakarin Pada Permen Karet Yang Beredar di Kota Medan
No
|
Nama
Sampel
|
Berat
Sampel (gr)
|
Hasil
|
1.
|
Bubble
Gum
|
15,018
|
Terjadi
Warna Ungu
|
2.
|
Big
Babol
|
15,016
|
Tidak
Terjadi Warna Ungu
|
3.
|
Long
Bar
|
15,014
|
Terjadi
Warna Ungu
|
4.
|
Tidak
Bermerek
|
15,037
|
Terjadi
Warna Ungu
|
5.
|
Happydent
|
15,012
|
Tidak
Terjadi Warna Ungu
|
Setelah
dilakukan perlakuan dan diteteskan FeCl3 1% maka apabila larutan
berwarna ungu menujukkan adanya asam salisilat yaitu terbentuk dari sakarin.
Dari table 3.1 dapat kita lihat ada tiga jenis permen karet yang mengandung
sakarin yaitu bubble gum, long bar, dan tidak bermerek. Ada dua jenis permen karet
yang tidak mengandung sakarin yaitu big babol dan happydent. Dari ketiga jenis
permen karet yang mengandung sakarin, kita dapat memperoleh permen karet
tersebut dari warung-warung yang ada di kota Medan.
3.4.2.
Hasil Analisa Kuantitatif Sakarin Pada Permen Karet
Analisa
kuantitatif sakarin dilakukan untuk mengetahui berapa banyak sakarin yang
terkandung dalam permen karet. Hasil analisa sakarin pada permen karet secara
kuantitatif dapat dilihat pada tabel berikut :
Table 3.2. Hasil Pemeriksaan Kuantitatif
Sakarin Pada Permen Karet Yang Beredar di Kota Medan
No
|
Nama
Sampel
|
Berat
Sampel (gr)
|
Volume
Titrasi (ml)
|
Kadar
Sakarin ( mg/Kg)
|
1.
|
Bubble
Gum
|
15,018
|
0,1
|
0,121
|
2.
|
Big
Babol
|
15,016
|
-
|
-
|
3.
|
Long
Bar
|
15,014
|
1,6
|
19,48
|
4.
|
Tidak
Bermerek
|
15,037
|
2,1
|
25,53
|
5.
|
Happydent
|
15,012
|
-
|
-
|
Permen
karet yang mengadung sakarin yaitu Bubble Gum, Long Bar, dan Tidak Bermerek.
Dari ketiga jenis permen karet tersebut diperoleh bahwa kadar sakarin tertinggi
terdapat pada permen karet yang tidak bermerek yaitu sebesar 25,53 mg/Kg,
sedangkan kadar sakarin terendah terdapat pada permen karet jenis bubble gum
yaitu sebesar 0,121 mg/Kg.
3.4.3.
Pembahasan
Pemanis
buatan yang termasuk dalam bahan tambahan pangan adalah pemanis pengganti gula
(sukrosa), yaitu senyawa yang memberikan persepsi manis, tetapi tidak
memberikan nilai gizi (non-nutritive sweeteners). Batas penggunaan pemanis buatan
menurut WHO adalah 0-5 mg/kg berat badan/hari (Saparinto dan Diana dalam
Romayanti, 2010).
Penelitian
ini dilakukan mengingat pemanis buatan khususnya sakarin sangat sering
digunakan untuk pemanis pada makanan pengganti gula. Pemanis buatan ini sangat
mudah didapatkan dan dengan harga yang relatif murah. Permen karet adalah jenis
makanan dengan rasa manis yang sangat tinggi. Dengan adanya Permenkes RI No.
1168/Menkes/Per/X/1999 tentang bahan tambahan makanan, ditentukan kadar sakarin
pada permen karet yaitu 50 mg/kg.
Pemeriksaan
pemanis buatan jenis sakarin dilakukan dengan melihat adanya perubahan warna
ungu pada sampel apabila sudah dilakukan perlakuan. Dilakukan juga analisa
secara kuantitatif untuk mengetahui besarnya kadar yang terkandung pada permen
karet tersebut.
Berdasarkan
hasil analisa kualitatif yang dilakukan terhadap 5 permen karet yang beredar di
Kota Medan, diketahui bahwa ada 2 sampel permen karet negatif mengandung
sakarin dan 3 sampel lagi positif mengandung sakarin. Kemudian dilakukan
analisa secara kuantitatif pada permen karet yang mengandung sakarin. Kadar
sakarin yang terkandung pada masing - masing permen karet antara lain Bubble
Gum sebesar 0,121mg/kg, Long bar sebesar 19,48 mg/kg, dan Tidak bermerek
sebesar 25,53 mg/kg. Kadar sakarin tertinggi terdapat pada permen karet yang
tidak bermerek, dengan kandungan sakarin sebesar 25,53 mg/kg.
Sakarin mempunyai tingkat kemanisan 300 kali lebih manis
daripada gula. Bahan ini dijual dalam bentuk senyawa Na atau Ca. Sakarin tidak
memiliki nilai kalori sehingga sering digunakan sebagai pemanis pada bahan
makanan diet. Pada konsentrasi tinggi, sakarin menimbulkan aftertaste pahit.
Hasil pengujian pada hewan menunjukkan bahwa sakarin memiliki efek karsinogenik
(dapat memicu timbulnya kanker), tetapi dalam hal ini belum dibuktikan pada
manusia (Saparinto dan Diana dalam Romayanti, 2010).
Berdasarkan hasil penelitian pemanis buatan sakarin pada
permen karet bila dibandingkan dengan Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999
menunjukkan bahwa 3 dari 5 sampel permen karet positif mengandung sakarin masih
memenuhi syarat atau aman untuk dikonsumsi, tidak melebihi batas maksimum
penggunaan yaitu 50mg/kg.
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa ketiga jenis
permen karet yang mengandung sakarin adalah permen karet yang banyak dijual di
warung-warung. Kita ketahui bahwa yang sering membeli permen karet dari
warung-warung adalah anak-anak. Jadi anak-anak sangat berpotensi untuk
mengkonsumsi pemanis buatan.
3.5. Reaksi-reaksi Yang Terjadi
Uji kualitatif
- Sakarin + NaOH

- Na-sakarin + HCl + FeCl3

Uji kuantitatif
- Na-sakarin + akuades + HCl diektraksi dengan larutan campuran (kloroform : etanol)

- Hasil ekstraksi di tambah indicator BTB kemudian di titrasi dengan NaOH

Gambar
3.1. Reaksi-reaksi yang terjadi
BAB IV
IMPLEMENTASI
HASIL
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemeriksaan pada pemanis buatan terhadap
lima sampel permen karet yang beredar di Kota Medan maka dapat disimpulkan:
1. Tiga dari lima sampel permen
karet yang diteliti positif mengandung pemanis buatan jenis sakarin.
2. Permen karet yang mengandung
sakarin antara lain Bubble Gum sebesar 0,121mg/kg, Long bar sebesar 19,48
mg/kg, dan Tidak bermerek sebesar 25,53 mg/kg.
3. Bila dibandingkan dengan
Permenkes RI No. 1168/Menkes/Per/X/1999, Kadar pemanis buatan pada permen karet
masih memenuhi syarat kesehatan.
Saran
- Kepada Balai Pengawasan Obat dan Makanan (POM) agar mengadakan pemantauan dan pengawasan terhadap pemakaian pemanis buatan pada permen karet yang beredar di Kota Medan.
- Kepada pihak perusahaan yang memproduksi permen karet agar memperhatikan kandungan pemanis buatan pada permen karet agar kandungannya tetap berdasarkan batas maksimum menurut Peraturan Pemerintah yang ada.
- Diharapkan agar masyarakat membatasi untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan tambahan makanan khususnya pemanis buatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, (2011),
Anonym,
(2010),
Anonym (2011), http://pages.towson.edu/larkin/210DOCS/exp7.pdf
Bararah,Vera,F., (2008), Studi
Paparan Pemanis Buatan, Fakultas Mathemetika dam Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI dan Dirjen
POM, (1997), Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor : 722/Menkes/Per/IX/88 Tentang
Bahan Tambahan Pangan, Jakarta.
Prasasto, (2008), Bahan Tambahan
Makanan, http://prasasto.blogspot.com/2008/09/bahan-tambahan-makanan-btm.html
Silalahi,Romayanti, (2010), Analisa Jenis dan Kadar
Pemanis Buatan Pada Permen Karet Yang Beredar di Kota Medan Tahun 2010,
Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Simatupang,Hennida, (2009), Analisa Penggunaan Zat
Pemmanis Buatan pada Sirup Yang Dijual di Pasar Tradisional Kota Medan Tahun
2009, Skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Teddysahbudin, (2011), http://teddysahbudin.blogspot.com/2011/01/jurnal-penelitian-tentang-bahan.html
Ulanira,
(2009), http://ulanira.wordpress.com/2009/04/21/sakarin/
Widjajaseputra,Anna,I., (2002), Penggunaan
Sakarin Sebagai Bahan Pemanis Sintetik, Jurnal, Agritech, Vol.9 No.1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar